Info Pondok
Sunday, 03 Nov 2024
  • Pondok pesantren ibnu abbas sragen yang beralamatkan di Beku Kliwonan Masaran Sragen Jawa Tengah

Agar Sholat Lebih Khusyuk

Diterbitkan : - Kategori : Fiqih

Sholat memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama Islam. Selain merupakan rukun Islam sholat juga ibadah yang pertama kali dihisab di hari kiamat. Nabi bersabda: “Hal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba di hari kiamat nanti adalah sholatnya”. (Hadits Ini dinilai shahih oleh Syeikh Syu’aib AL-Arnauth).

Pahala sholat berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya sesuai kadar kekhusyukannya masing-masing. Nabi bersabda: “Sesungguhnya seseorang selesai sholat, dan tidaklah ia mendapatkan pahala melainkan sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempat, sepertiga dan setengahnya saja”. (HR. Abu Daud dan dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albany dalam shahih Abi Daud, 796).  Bahkan ketidak khusyu’an bisa menyebabkan batalnya sholat. Karena kedudukan khusyu’ pada sholat adalah sebagaimana ruh pada jasad, jika ruh hilang maka jasad mati. Ibnul Qayyim berkata: “Jika seseorang yang sholat lebih banyak tidak khusyu’nya hingga tidak memahami apa yang ia kerjakan, maka wajib baginya mengulangi sholat”.  (Alkhusyu’ fish Sholati fi dhouil kitaabi wassunnah, 48).

Karena pentingnya khusyuk dalam sholat, maka pada edisi kali ini kami sampaikan beberapa kiat agar ibadah sholat menjadi khusyuk. Semoga Allah memberikan TaufiqNya kepada kita untuk bisa sholat dengan khusyuk dan hanya kepadaNya lah kami memohon agar menjadikan tulisan ini bermanfaat serta memberikan keikhlasan kepada kami, mengharap balasan dariNya semata.

Meyakini Besarnya Pahala Khusyu’ dalam Sholat

Usaha dengan keuntungan yang besar akan menarik minat seseorang untuk menekuni usaha tersebut. Demikian pula keyakinan bahwa sholat yang khusyu’ lebih besar pahalanya akan menjadikan seorang muslim berusaha untuk khusyu’ sehingga bisa mendapatkan pahala yang besar dari sholat yang dikerjakannya. Allah berfirman: “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya” (QS. Al-Mukminun: 1-2). Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim tiba padanya waktu sholat, kemudian ia memperbagus wudhunya, menjaga kekhusyu’annya dan memperbagus rukuknya, melainkan sholat itu menjadi penghapus dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar. Dan pengampunan dosa itu sepanjang masa” (HR. Muslim, 228).

Selain itu melandasi amalan dengan keyakinan bahwa amalan tersebut mendatangkan pahala juga merupakan sesuatu yang diamalkan oleh para sahabat. Sebagaimana dalam beberapa hadits dijelaskan ada sahabat yang bertanya kepada Nabi shalallahu’alaihi amalan apa yang menyebabkan masuk surga. 

Melakukan Persiapan

Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari suatu kegiatan, perlu adanya persiapan. Apalagi kegiatan yang merupakan ibadah mulia, tentu untuk meraih pahala yang besar perlu melakukan persiapan-persiapan. Agar bisa menggapai kekhusyu’an dalam sholat fardhu yang dengan kekhusyu’an tersebut bisa mendatangkan pahala yang agung, sebelum mendirikan sholat hendaknya seorang muslim melakukan persiapan-persiapan, seperti: berwudhu, datang di awal waktu, sholat sunnah qobliyah, berdo’a antara adzan dan iqomah, membaca beberapa ayat dari Al-Qur’an (Lihat kitab Al- Khusyu’ Fis sholat, 44-48).

Di antara cara mempersiapkan diri agar lebih khusyu’ dalam sholat adalah sebelum berangkat sholat menghindari hal-hal yang menghalangi fokus, seperti: menahan kencing dan kondisi sangat lapar. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah shalat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada shalat bagi yang menahan (kencing atau buang air besar).” ( HR. Muslim, 560). Terhidangnya makanan adalah di antara hal yang menghalangi fokus apalagi ketika lapar. Maka tidak heran jika para ulama dari empat madzhab sepakat bahwa memulai shalat ketika makanan sudah dihidangkan hukumnya makruh. (Lihat Almausuah Al Fiqhiyah bab Sholat bihadroti Thoam,). Jumhur Ulama menjelaskan bahwa kata laa sholata pada hadits tersebut maksudnya adalah larangan. Maka jika iqomah sudah dikumandangkan dan makanan dihidangkan di dekat tempat sholat maka jangan sholat, karena hal itu menjadikan tidak fokus (lihat Syarah Bulughul maram, libni Athiyyah, 3/51)

Mengingat Kematian dan Hari Akhir

Di antara faktor mendatangkan kekhusyu’an dalam sholat adalah mengingat kematian dan hari akhir. Cara melakukan hal itu adalah dengan menghadirkan dalam hati bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, kehidupan yang hakiki adalah di akhirat serta merasa bahwa sholat yang sedang dikerjakan bisa jadi adalah sholat terakhir yang bisa dikerjakan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshori, beliau berkata:  Nabi bersabda: “Jika kamu hendak mendirikan sholat, maka sholatlah seakan-akan sholatnya orang yang hendak berpamitan (sholat terakhir)”. (HR. Ibnu Majah, dinilai hasan oleh Syaikh Al-AlBany dalam Shohih Ibnu Majah,  3381 )

Tidak Melakukan Gerakan yang Sia-sia

Sesungguhnya menoleh dan banyak bergerak saat sholat tanpa ada keperluan tidaklah diperbolehkan. Karena hal itu bisa memecah konsentrasi sehingga mengakibatkan orang yang sholat tidak khusyu’. Maka dari Nabi shalallahu’alaihi wasallam ketika ditanya tentang orang yang menoleh saat sholat, beliau menjawab: ““Itu suatu curian yang dicuri oleh setan dari shalat seorang hamba.” (HR. Bukhari, 751). Nabi juga bersabda: ” Jauhilah olehmu menoleh saat sholat, karena sesungguhnya itu adalah kebinasaan. Akan tetapi jika harus menoleh, maka tidak mengapa saat sholat Sunnah tidak saat sholat wajib. (HR. Tirmidzi, 589 dan Tabrani, 5991).

Jika menoleh sekali saja dilarang oleh Nabi, dan dianggap kebinasaan apalagi melakukan gerakan yang banyak tanpa ada keperluan. Tentu ini lebih dilarang lagi dan pasti mengurangi kekhusyu’an dalam sholat. Maka seorang muslim yang menginginkan kekhusyu’an hendaknya berusaha untuk menghindari perbuatan ini.

Menghayati Bacaan Sholat

Allah berfirman: “Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur`ān? Sekiranya (Al-Qur`ān) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya”. (QS. An-Nisa’: 82). Untuk bisa menghayati bacaan sholat, seorang muslim harus memahami maknanya. Allah mensifati orang-orang mukmin dalam firmanNya: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang tuli dan buta”. (QS. Al-Furqan: 73). Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-sa’dy menjelaskan: “Mereka orang-orang yang beriman tidak menyambut ayat-ayat Allah dengan berpaling darinya, tidak pula dengan ketulian, tidak pula dengan hati dan mata yang buta sebagaimana orang-orang yang tidak beriman, akan tetapi mereka benar-benar memasang pendengaran mereka” (Lihat Taisir KarimirRahman).

Dengan memahami makna alfatihah, makna ayat-ayat yang dibaca saat sholat, makna takbir, bacaan ketika ruku’, bacaan ketika sujud dan bacaan sholat lainnya, seorang yang mendirikan sholat akan lebih mudah meraih kekhusyuan. 

Berusaha Keras Untuk Khusyu’ dalam Sholat

Untuk mencapai sesuatu yang berharga diperlukan kesungguhan dan usaha keras. Demikian pula dalam meraih kekhusyukan sholat, seorang muslim hendaknya bersungguh-sungguh dan berusaha keras. Allah subhanahu wata’aalaa tidak akan pernah menyia-nyiakan usaha keras hambaNya dalam melakukan ketaatan kepadaNya. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Ankabut: 69)

Memohon Pertolongan Kepada Allah

Tidak ada seorang pun yang bisa meraih tujuan dan keinginannya melainkan dengan pertolongan Allah. Maka demikian pula dengan kekhusyukan dalam sholat, tidak akan mungkin tercapai melainkan dengan bantuan dari Allah subhanahu wata’aalaa. Dengan demikian hendaknya kita minta pertolongan kepadaNya agar kita diberi Taufiq sehingga bisa khusyu’ dalam sholat-sholat kita. Nabi memberikan nasehat kepada Mu’adz Ibnu Jabal: “Wahai Mu’adz demi Allah sungguh aku mencintaimu, jangan kau tinggalkan do’a setiap akhir sholat: ya Allah tolonglah aku untuk mengingatMu, bersyukur kepadaMu, dan beribadah dengan baik kepadaMu”. (HR. Abu Daud, dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Daud,1522)

Kesimpulan 

Khusyu’ dalam Sholat adalah perkara yang sangat penting, karena tanpa khusyu’ sholat bisa tidak sah. Maka dari itu hendaknya seorang muslim berusaha khusyu’ dalam sholat. Di antara faktor-faktor yang menyebabkan sholat menjadi khusyu’ adalah: meyakini besarnya pahala khusyu’dalam sholat, melakukan persiapan sebelum sholat, tidak melakukan gerakan yang sia-sia, mengingat kematian dan hari akhir, menghayati bacaan sholat, berusaha keras, memohon pertolongan kepada Allah.

Ditulis oleh: Ust Slamet Nur Raharjo M. Pd

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.