Info Pondok
Sunday, 08 Dec 2024
  • Pondok pesantren ibnu abbas sragen yang beralamatkan di Beku Kliwonan Masaran Sragen Jawa Tengah

Alloh Melihat Hati Mu dan Perbuatan Mu

Diterbitkan :

1- HADITS ABU HUROIROH

يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَدِيثٍ ذَكَرَهُ:
« إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ،
التَّقْوَى هَا هُنَا » وَأَشَارَ إِلَى صَدْرِهِ.

Dari Abu Sa`id, maula Abdulloh bin ‘Aamir bin Kuraiz, dia berkata:
Saya mendengar Abu Hurairah berkata:
Saya mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Alloh tidak melihat tubuh kalian dan shuroh (bentuk; wajah) kalian, tetapi Dia melihat hati kalian. Taqwa itu di sini”, beliau menunjuk dada-nya”. (HR. Muslim, no. 33/2564; Al-Baihaqi dalam Al-Asma’ wash Shifat, no. 1001. Ini lafazh Imam Al-Baihaqi)

2- HADITS ABU HUROIROH

عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
« إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ »

Dari Yazid bin Al-Ashom, dari Abu Hurairah, dia berkata:
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Alloh tidak melihat shuroh (bentuk; wajah) kalian dan harta kalian, akan tetapi Dia melihat hati kalian dan amal (perbuatan) kalian”.

(HR. Muslim, no. 34/2564; Ibnu Majah, no. 4143; Ahmad, no. 7827, 10960; Ibnu Mandah dalam Al-Iman, no. 326; Al-Baihaqi dalam Al-Adab, no. 816, dalam Asma’ wa Shifat, no. 1002, dalam Syu’abul Iman, no. 9994; Abu Bakar Qodhi al-Maristan, no. 294, 570; Ibnu Asakir dalam Mu’jam-nya, no. 264, 1347; Ibnu Hibban, no. 394; Abu Thohir Al-Mukhollis, no. 3183; Abu ‘Awanah, no. 11189)

3- HADITS ABU UMAMAH

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ:
« إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ »

Dari Abu Umamah, dia berkata:
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Alloh tidak melihat shuroh (bentuk; wajah) kalian dan harta kalian, akan tetapi Dia melihat hati kalian dan amal (perbuatan) kalian”. (HR. Asy-Syajari dalam Tartibul Amaali, no. 2448; Abu Bakar asy-Syafi’iy, dalam Al-Fawaid, no. 841)

KETERANGAN HADITS

Makna kalimat “Alloh tidak melihat” di dalam hadits ini maksudnya: Alloh tidak menerima amal, atau Alloh tidak mendekatkan hamba-Nya, karena Alloh itu Maha Melihat segala sesuatu.
Syaikh Muhammad bin Abdul Hadi Abul Hasan Nuruddin as-Sindi (wafat th. 1138 H) berkata:
“Sabda beliau: (Tetapi Dia hanya melihat), yaitu: Maka perbaikilah amal dan hatimu, dan janganlah kamu menjadikan tekadmu (hanya) berkaitan pada badan dan harta. Kemungkinan yang dimaksud dengan “melihat atau tidak melihat” adalah Alloh tidak menerima atau mendekatkan seseorang dengan sebab penampilan menarik dan banyak uang, serta tidak menolaknya dengan kebalikannya. Tetapi Alloh hanya menerimanya dengan amal shalih dan keikhlasan hati, dan menolaknya dengan kebalikannya.
Jika tidak, tidak ada sesuatu pun yang luput dari pandangan Alloh Ta’ala, dan Alloh lebih Mengetahui”. (Hasyiyah As-Sindi ‘ala Sunan Ibni Majah, 2/536)

FAWAID HADITS

Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:

  1. Memahami hadits harus dengan mengumpulkan hadits-hadits di dalam bab sama, kemudian difahami secara utuh, jika tidak bisa menyebabkan salah faham. Karena hadits-hadits sering diriwayatkan dengan banyak jalur, dan semuanya saling melengkapi dan menjelaskan. Sebagaimana hadits Abu Huroiroh yang pertama diriwayatkan “tetapi Dia melihat hati kalian”, sedangkan hadits Abu Huroiroh yang kedua diriwayatkan “tetapi Dia melihat hati kalian dan amal (perbuatan) kalian”.
  2. Diterimanya amal di sisi Alloh atau kedekatan hamba kepada Alloh, tidak berkaitan dengan bagus atau jeleknya shuroh (bentuk; wajah), dan banyak atau sedikitnya harta seseorang.
  3. Sabda Nabi “Taqwa itu di sini”, dan beliau menunjuk dada-nya, ini menunjukkan bahwa fondasi taqwa itu di dalam hati. Dan cabang-cabang taqwa akan muncul pada perkataan dan perbuatan.
  4. Imam Ibnu Rojab Al-Hanbali (wafat th. 795 H) berkata:
    “Jika fondasi taqwa itu ada di dalam hati, maka tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui kebenarannya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Karena itu, kemungkinan banyak orang yang mempunyai shuroh yang baik, harta, kedudukan, atau kepemimpinan di dunia, namun hatinya kosong dari taqwa. Dan kemungkinan orang yang tidak memiliki semua itu, namun hatinya penuh dengan taqwa, sehingga dia lebih mulia di sisi Allah Ta‘ala, bahkan itulah yang lebih banyak terjadi”. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/276)
  5. Manusia akan dihisab hati dan amalnya, apakah hatinya ikhlas karena Alloh, dan apakah amalnya sesuai dengan tuntunan Rosul-Nya. Maka perlu memperbaiki hati dan amal.
  6. Perlunya memperhatikan hati, menjadikan hati ikhlas, dan membersihkan hati dari syirik, riya’ dan sum’ah.
  7. Perlunya memperhatikan amal, menjadikan amal showab (benar), dengan mengikuti Sunnah Nabi, dan tidak beramal dengan kebodohan, hawa nafsu, atau bid’ah.
  8. Kesalahan anggapan sebagian orang, bahwa beragama itu yang penting niatnya baik. Padahal amal manusia juga dilihat oleh Alloh.
  9. Kesalahan sikap sebagian orang yang menolak amal-amal lahiriyah dengan alasan yang penting hatinya baik.
    Seperti menolak kewajiban jilbab bagi wanita muslimah, perintah membiarkan jenggot bagi laki-laki, larangan isbal (menurunkan sarung/celana panjang sampai menutupi mata kaki) bagi laki-laki, dll. Padahal jika hatinya baik, tentu dia akan melaksanakan perintah Alloh dan Rosul-Nya, serta meninggalkan larangan Alloh dan Rosul-Nya.
  10. Kemuliaan manusia di hadapan Alloh tidak tergantung kekuatan tubuhnya, tetapi tergantung ketaqwaannya.
    Syaikh Muhammad bin Ishaq Abu Bakar Al-Kalabadzi Al-Hanafi (wafat th. 380 H) berkata:
    “Abu Bakar lebih baik dari Umar, sedangkan beliau lebih lemah badannya dari Umar, dan Umar lebih kuat badannya dari-nya. Keduanya kuat dalam (melaksanakan) perintah Alloh.
    Hal ini menandakan bahwa keutamaan tidak tergantung dari kekuatan fisik atau banyaknya amal”. (Bahrul Fawaid, hlm. 279)
  11. Keadilan Alloh Ta’ala, karena Dia tidak menggantungkan keutamaan seseorang pada shuroh dan harta, yang mana hal ini terkadang tidak mampu diusahakan oleh manusia. Namun menggantungkan keutamaan seseorang pada hati dan amal, yang mana hal ini mampu diusahakan oleh manusia.

Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini.
Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.

Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Rabu Bakda Zhuhur,
20-Robi’ul Akhir-1446 H / 23-Oktober-2024 M,
Al-hamdulillaahi Robbil ‘Aalamiin.

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

penulis
Ust. Muslim Atsari

Tulisan Lainnya

Oleh : Ust. Muslim Atsari

Sebagian Umat Islam Akan Menyembah Berhala

Oleh : nugroho

JUMLAH NABI DAN ROSUL

Oleh : Ust. Kholid Syamhudi, Lc., M.Pd.

Beruntunglah Orang yang Dijauhkan dari Fitnah!

Oleh : Ust. Slamet Nur Raharjo, S.Pdi., Gr., M.Pd.

Agar Sholat Lebih Khusyuk

Oleh : Yonnas Antaliga Saddam, S.Pd.,BA.

Penghasilan Halal