FATWA LAJNAH DAIMAH LILBUHUTS AL-ILMIYAH WALIFTA’
JILID 1 TENTANG AQIDAH
Disusun oleh: ASY-SYAIKH AHMAD BIN ABDURRAZAQ AD-DUWAISY
السؤال الثاني من الفتوى رقم (2251):
س 2: في النذر لغير الله تعالى, فطائفة تقول: لا نذر إلا لله تعالى, وهو لغير الله تعالى كفر وشرك; لأنه عبادة وهي لغيره تعالى كفر, وطائفة أخرى تقول: النذر لهم عمل صالح يوجب الأجر،والمثوبة لفاعله, فما هو الحق في ذلك؟
ج 2: النذر نوع من أنواع العبادة التي هي حق لله وحده, لا يجوز صرف شيء منها لغيره, فمن نذر لغيره فقد صرف نوعا من العبادة التي هي حق الله تعالى لمن نذر له, ومن صرف نوعا من أنواع العبادة نذرا أو ذبحا أو غير ذلك لغير الله يعتبر مشركا مع الله غيره داخلا تحت عموم قول الله سبحانه وتعالى: إنه من يشرك بالله فقد حرم الله عليه الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار
وكل من اعتقد من المكلفين المسلمين جواز النذر والذبح للمقبورين; فاعتقاده هذا شرك أكبر مخرج عن الملة يستتاب صاحبه ثلاثة أيام،ويضيق عليه فإن تاب وإلا قتل.
ويجوز لابنه أن يأخذ من ماله في حياته ما طابت به نفسه له, وهكذا يجوز له أن يأخذ ما يحتاجه من مال أبيه بالمعروف بغير علمه إذا كان فقيرا عاجزا عن الأسباب التي تغنيه عن ذلك; لحديث عائشة في قصة هند بنت عتبة امرأة أبي سفيان لما اشتكت إلى النبي صلى الله عليه وسلم أن أبا سفيان لا يعطيها ما يكفيها ويكفي بنيها, فقال: خذي من ماله بالمعروف ما يكفيك ويكفي بنيك.
وبهذا يتبين أن الحق مع الفرقة الأولى التي قالت: لا نذر إلا لله تعالى, وهو لغير الله تعالى كفر وشرك.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد, وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو | عضو | نائب رئيس اللجنة | الرئيس |
عبد الله بن قعود | عبد الله بن غديان | عبد الرزاق عفيفي | عبد العزيز بن عبد الله بن باز |
Nadzar Termasuk Ibadah yang Merupakan Hak Allah Semata
Pertanyaan kedua dari fatwa nomor 2251:
Pertanyaan: tentang hukum nadzar untuk selain Allah ta’ala, ada kelompok berpendapat bahwa tidak boleh bernadzar kecuali hanya untuk Allah ta’ala, jika untuk selain Allah maka merupakan kekufuran dan kesyirikan; karena nadzar adalah ibadah dan ibadah untuk selain Allah adalah kekufuran. Kelompok lain berpendapat bahwa nadzar merupakan amal shalih yang pelakunya akan mendapat pahala. Manakah yang benar dalam perkara ini?
Jawab: nadzar termasuk ibadah yang merupakan hak Allah semata. Tidak boleh memalingkan sedikitpun dari ibadah untuk selain-Nya. barangsiapa bernadzar untuk selain Allah maka sunguh ia telah memalingkan sebagian dari ibadah yang merupakan hak Allah kepada sesuatu yang ia bernadzar kepadanya. Barangsiapa memalingkan sebagian dari ibadah kepada Allah baik itu nadzar, menyembelih atau selainnya untuk selain Allah terhitung sebagai orang yang menyekutukan Allah dengan selain-Nya masuk dalam keumuman firman Allah ta’ala: Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
Barangsiapa dari orang muslim yang terkena beban syari’at meyakini bolehnya nadzar dan menyembelih untuk penghuni kubur maka keyakinannya ini merupakan syirik besar yang mengeluarkannya dari agama Islam. Pelakunya diminta untuk bertaubat selama tiga hari dan ditekan sehingga mau bertaubat, jika tidak bertaubat maka dibunuh.
Diperbolehkan bagi anaknya mengambil hartanya semasa hidupnya dengan izinnya, demikian pula diperbolehkan baginya mengambil apa yang ia butuhkan dari harta ayahnya dengan cara yang baik tanpa sepengetahuannya jika anak tersebut miskin atau lemah untuk melakukan sebab-sebab yang bisa mencukupi kebutuhannya; berdasarkan hadits ‘Aisyah dalam kisah Hindun bin ‘Utbah istri Abu Sufyan yang mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya Abu Sufyan tidak memberinya harta yang bisa mencukupinya dan mencukupi anak-anaknya, maka Nabi bersabda: ambillah dari hartanya dengan cara yang baik sebatas apa yang dapat mencukupimu dan mencukupi anak-anakmu.
Dengan ini jelaslah bahwa kebenaran bersama kelompok pertama yang berpendapat bahwa tidak boleh bernadzar kecuali untuk Allah ta’ala adapun untuk selain-Nya merupakan kekufuran dan kesyirikan.
Semoga Allah memberi taufiq dan semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Komite Tetap Riset Ilmiyah dan Fatwa
Ketua : Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Wakil ketua : Abdurrazaq ‘Afifi
Anggota : Abdullah bin Ghudayan
Anggota : Abdullah bin Qu’ud
(Sumber : Fatwa lajnah daimah lilbuhuts al-ilmiyah walifta’ tentang aqidah yang disusun oleh Syaikh Ahmad bin Abdurrazaq Ad-Duwaisy, dari situs www.dorar.net atau mauqi’u ad-durar as-saniyah).
Beri Komentar