FATWA LAJNAH DAIMAH LILBUHUTS AL-ILMIYAH WALIFTA’
JILID 1 TENTANG AQIDAH
Disusun oleh: ASY-SYAIKH AHMAD BIN ABDURRAZAQ AD-DUWAISY
السؤال الثاني والخامس من الفتوى رقم (9027):
س 2: يقول الناس عند النوازل والشدائد: يا رسول الله, وغيره من الأولياء, ويذهبون إلى مقابر الصالحين في حالة المرض ويستغيثون بهم, ويقولون: إن الله يدفع البلاء بهم, نحن نستمدهم لكن نيتنا إلى الله; لأن المؤثر هو الله, هل هذا شرك أم لا, وهل يقال لهم: إنهم مشركون؟ والحال أنهم يصلون ويقرأون القرآن وغيره من العمل الصالح.
ج 2: ما يفعله هؤلاء هو الشرك الذي كان عليه أهل الجاهلية الأولى, فإنهم كانوا يدعون اللات والعزى ومناة وغيرهم ويستغيثون بهم; تعظيما لهم, ورجاء أن يقربوهم إلى الله, ويقولون: ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى ويقولون أيضا: هؤلاء شفعاؤنا عند الله وقد بين النبي صلى الله عليه وسلم أن الدعاء عبادة, وأنها لا تكون إلا لله, ونهى الله تعالى عن دعاء غيره, فقال: ولا تدع من دون الله ما لا ينفعك ولا يضرك فإن فعلت فإنك إذا من الظالمين وإن يمسسك الله بضر فلا كاشف له إلا هو وإن يردك بخير فلا راد لفضله يصيب به من يشاء من عباده وهو الغفور الرحيم وعلى المسلمين أن يقولوا: إياك نعبد وإياك نستعين في كل ركعة من صلواتهم; إرشادا لهم إلى أن العبادة لا تكون إلا له, وأن الاستعانة لا تكون إلا به دون الأموات من الأنبياء وسائر الصالحين, ولا يغرنك مع ذلك كثرة صلاة هؤلاء وصيامهم وقراءتهم, فإنهم ممن ضل سعيهم في الحياة الدنيا وهم يحسبون أنهم يحسنون صنعا; وذلك أنها لم تبن على أساس التوحيد الخالص, فكانت هباء منثورا, والأدلة من الكتاب والسنة على شركهم وإحباط عملهم كثيرة, فراجع في ذلك آيات القرآن والسنة الصحيحة وكتب أهل السنة, نسأل الله لنا ولك الهداية.
س 5: هل للأولياء الصالحين أن يسمعوا نداء من دعاهم ومعنى قوله صلى الله عليه وسلم: والله إن موتاكم لتسمع قرع نعالكم أفيدوني؟
ج 5: الأصل: أن الأموات صالحين كانوا أو غير صالحين لا يسمعون كلام البشر; لقوله تعالى: إن تدعوهم لا يسمعوا دعاءكم ولو سمعوا ما استجابوا لكم ويوم القيامة يكفرون بشرككم ولا ينبئك مثل خبير وقوله سبحانه: وما أنت بمسمع من في القبور ولكن قد يسمع الله الموتى صوت رسول من رسله لحكمة من الحكم, كما أسمع سبحانه قتلى بدر من الكفار صوت رسوله صلى الله عليه وسلم؛ إهانة وتبكيتا لهم, وتكريما لرسوله صلى الله عليه وسلم, حتى قال النبي صلى الله عليه وسلم لأصحابه حينما استنكر بعضهم ذلك: ما أنتم بأسمع لما أقول منهم ولكنهم لا يستطيعون أن يجيبوا وارجع في الموضوع إلى كتاب [النبوات], وكتاب [التوسل والوسيلة], وكتاب [الفرقان], وكلها لشيخ الإسلام ابن تيمية ففيها الكفاية في الموضوع.
وأما سماع الميت حيث يوضع في قبره قرع نعال المشيعين فهو إسماع خاص ثبت في النص فلا يزاد عليه لاستثنائه من الأدلة العامة الدالة على عدم سماع الموتى, كما تقدم.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد, وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو | عضو | نائب رئيس اللجنة | الرئيس |
عبد الله بن قعود | عبد الله بن غديان | عبد الرزاق عفيفي | عبد العزيز بن عبد الله بن باز |
السؤال السادس من الفتوى رقم (7267): س 6: ما حكم الله فيمن يستغيث بالأولياء عند نزول حادث به؟
ج 6: من استغاث بالأولياء بعد موتهم أو في حال غيبتهم عنه فهو مشرك شركا أكبر; لقوله تعالى: ولا تدع من دون الله ما لا ينفعك ولا يضرك فإن فعلت فإنك إذا من الظالمين وإن يمسسك الله بضر فلا كاشف له إلا هو وإن يردك بخير فلا راد لفضله يصيب به من يشاء من عباده وهو الغفور الرحيم
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد, وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو | نائب رئيس اللجنة | الرئيس |
عبد الله بن غديان | عبد الرزاق عفيفي | عبد العزيز بن عبد الله بن باز |
Meminta Pertolongan Kepada Selain Allah Yaitu Kepada Para Nabi dan Para Wali Ketika Musibah Datang dan Saat Sulit Menerpa
Pertanyaan kedua dan kelima dari fatwa nomor 9027:
Pertanyaan: Ada seseorang berkata ketika datang musibah dan saat sulit menerpa: “Wahai Rasulullah, dan selainnya dari para wali”. Mereka mendatangi kuburan orang-orang shalih ketika
sedang sakit dan beristighatsah (meminta pertolongan) kepada mereka seraya mengatakan: “Sesungguhnya Allah menolak bala’ dengan sebab mereka. Kami meminta bantuan kepada mereka tapi niat kami meminta kepada Allah. Karena sang penyebab adalah Allah”. Hal ini syirik atau tidak? Apakah dikatakan kepada mereka bahwa mereka orang Musyrik? padahal mereka shalat, membaca Al-Qur’an dan amal shalih lainnya?
Jawab: Apa yang dilakukan mereka merupakan kesyirikan seperti yang dilakukan orang-orang jahiliyah yang pertama. Mereka menyembah Lata, Uzza, Manat dan lain-lainnya serta beristighatsah kepada mereka dengan harapan bisa mendekatkan kepada Allah. Mereka berkata: “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Mereka juga berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan bahwasanya do’a adalah ibadah, sedangkan ibadah diperuntukkan hanya untuk Allah, dan Ia melarang berdo’a kepada selain-Nya, Allah berfirman: “Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang dhalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Wajib bagi kaum muslimin mengucapkan: “hanya kepadamulah kami menyembah dan hanya kepadamulah kami mohon pertolongan” pada sertiap rekaat dalam shalat-shalat mereka sebagai petunjuk bahwa ibadah diperuntukkan hanya untuk Allah dan memohon pertolongan hanya kepada Allah bukan kepada orang-orang yang sudah meninggal dari kalangan para Nabi dan orang-orang shalih. Jangan sampai engkau tertipu dengan banyaknya shalat, puasa dan bacaan (AL-Qur’an) mereka, karena sesunggunya mereka termasuk yang sesat perbuatannya di kehidupan dunia sedangkan mereka menyangka telah berbuat dengan sebaik-baiknya. Hal ini dikarenakan amal mereka tidak dibangun di atas tauhid yang murni, maka menjadilah debu yang berterbangan. Dalil dari Al-Kitab dan As-Sunah atas kesyirikan dan batalnya amal mereka sangat banyak. Merujuklah dalam perkara ini kepada ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunah yang shahih serta kitab-kitab ahlussunah. Kita memohon hidayah untuk kami dan anda.
Pertanyaan kelima: Apakah para wali yang shalih mendengar seruan orang yang menyeru mereka? Apa makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Demi Allah, sesungguhnya orang yang mati diantara kalian benar-benar mendengar suara langkah sandal kalian.” Berilah faidah kepadaku.
Jawab: secara asal mayit yang shalih maupun yang tidak shalih tidak mendengar perkataan manusia; berdasarkan firman Allah: “Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui” dan firman-Nya: “Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar”. Tetapi terkadang Allah menjadikan mayit mendengar suara Rasul dari para Rasul-rasul-Nya untuk suatu hikmah, sebagaimana Allah menjadikan orang-orang yang terbunuh dalam perang Badar dari kalangan orang-orang kafir mendengar suara Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai penghinaan dan celaan bagi mereka, dan sebagai pemuliaan untuk Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, sampai-sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para sahabatnya ketika sebagian mereka minta penjelasan (akan hal tersebut): “Tidaklah kalian lebih mendengar apa yang aku katakan daripada mereka, hanya saja mereka tidak dapat menjawab” lihatlah kembali dalam permasalahan ini kitab (AnNubuwat), (At-Tawasul dan Wasilah), (AL-Furqan), semuanya karangan Syaikul Islam Ibnu Taimiyah, dalam kitab tersebut terdapat pembahasan yang sangat mencukupi dalam permasalahan ini.
Adapun mayit ketika diletakkan dalam quburnya mendengar suara langkah sandal para peta’ziah, ini mendengar yang dikhususkan dengan nash maka tidak ditambah (diqiyaskan hal lain) karena ini pengecualian dari dalil umum atas tidak mendengarnya orang yang sudah mati, sebagimana penjelasan di atas.
Semoga Allah memberi taufiq dan semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Komite Tetap Riset Ilmiyah dan Fatwa
Ketua : Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Wakil ketua : Abdurrazaq ‘Afifi
Anggota : Abdullah bin Ghudayan
(Sumber : Fatwa lajnah daimah lilbuhuts al-ilmiyah walifta’ tentang aqidah yang disusun oleh Syaikh Ahmad bin Abdurrazaq Ad-Duwaisy, dari situs www.dorar.net atau mauqi’u ad-durar as-saniyah).
Beri Komentar