FATWA LAJNAH DAIMAH LILBUHUTS AL-ILMIYAH WALIFTA’
JILID 1 TENTANG AQIDAH
Disusun oleh: ASY-SYAIKH AHMAD BIN ABDURRAZAQ AD-DUWAISY
السؤال الثالث من الفتوى رقم (7308):
س 3: يقول أرباب الصوفية – إنهم يستعينون ويستغيثون بعباد صالحين مجازا،والله عز وجل هو المستعان حقيقة فكيف ترد على هؤلاء, ثم إنهم يقولون حجة لهم في الاستعانة بالصالحين: وما رميت إذ رميت إلى آخر الآية الكريمة حجة لهم فكيف ترد على هذا؟
ج 3: أولا: الاستعانة والاستغاثة بغير الله من الأموات والغائبين والأصنام ونحوها شرك بالله عز وجل, وهكذا الاستغاثة والاستعانة بغير الله من الأحياء فيما لا يقدر عليه إلا الله شرك أكبر يخرج من ملة الإسلام.
ثانيا: الاستدلال على مشروعية الاستعانة والاستغاثة بغير الله بقوله: وما رميت إذ رميت ولكن الله رمى استدلال باطل, فإن معناها: وما أصبت عيون الكفار في غزوة بدر مع كثرتهم،وانتشارهم في ميدان القتال بما حذفتهم به من الحصى مع ضعفك وقلة ما بيدك من الحصى, ولكن الله تعالى هو الذي أوصله إليهم فأصاب أعينهم جميعا بقدرته سبحانه, فليس في الآية استغاثة بغير الله, وإنما فيها أخذ بالأسباب ولو ضعيفة وهو حذف الحصى مع الضراعة لله واللجوء إليه فكانت النتائج بفضل الله وقدرته عظيمة, وكان مع حذف الحصى أيضا دعاء الرسول عليهم وطلبه النصر من الله وحده على أعدائه لا دعاء الصالحين.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد, وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو | عضو | نائب رئيس اللجنة | الرئيس |
عبد الله بن قعود | عبد الله بن غديان | عبد الرزاق عفيفي | عبد العزيز بن عبد الله بن باز |
Istighatsah dan Isti’anah Kepada Selain Allah dari Para Makhluk yang Masih Hidup
Pertanyaan ketiga dari fatwa nomor 7308:
Pertanyaan: Para pembesar sufi mengatakan bahwa mereka beristi’anah (memohon bantuan) dan beristighatsah (meminta pertolongan agar dihilangkan kesusahan yang menimpanya) kepada hamba-hamba yang shalih secara kiasan saja, dan Allah azza wajalla Dia lah tempat memohon pertolongan yang sesungguhnya, bagaimana membantah mereka? Mereka juga mengatakan sebagai hujah dalam memohon bantuan kepada orang-orang shalih: “Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar…” bagaimana membantah terhadap hal ini?
Jawab: Yang pertama: isti’anah dan istighatsah kepada selain Allah berupa orang-orang yang sudah meninggal, yang ghaib, berhala-berhala dan sejenisnya adalah perbuatan syirik (menyekutukan) Allah azza wajalla. Demikian juga istighatsah dan isti’anah kepada selain Allah dari para makhluk yang masih hidup pada apa-apa yang tidak mampu melakukannya kecuali hanya Allah adalah syirik besar yang mengeluarkan dari agama Islam.
Yang kedua: pengambilan dalil atas disyariatkannya isti’anah dan istighatsah kepada selain Allah berdasarkan firman Allah: “Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah lah yang melempar” merupakan pengambilan dalil yang salah karena sungguh maknanya adalah apa yang menimpa mata orang-orang kafir pada perang Badr padahal jumlah mereka banyak dan kocar-kacirnya mereka di medan perang dengan sebab lemparan batu yang mengenai mereka padahal engkau dalam kondisi lemah dan batu yang berada di tanganmu hanya sedikit, akan tetapi Allah ta’ala Dia lah yang menyampaikan batu tersebut kepada orang-orang kafir sehingga menimpa mata-mata mereka semua dengan kekuasaan-Nya subhanahu wata’ala. Ayat ini bukan dalil untuk istighatsah kepada selain Allah tetapi anjuran untuk mengambil sebab walaupun lemah yaitu melempar batu disertai merendahkan diri dan menyerahkan perkaranya kepada-Nya yang membuahkan hasil dengan keutamaan dan kekuasaan-Nya yang agung. Bersaman dengan lemparan batu juga Rasulullah berdo’a dan meminta pertolongan Allah semata atas musuh-musuhnya, bukannya berdo’a kepada orang-orang yang shalih.
Semoga Allah memberi taufiq dan semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Komite Tetap Riset Ilmiyah dan Fatwa
Ketua : Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Wakil ketua : Abdurrazaq ‘Afifi
Anggota : Abdullah bin Ghudayan
Anggota : Abdullah bin Qu’ud
(Sumber : Fatwa lajnah daimah lilbuhuts al-ilmiyah walifta’ tentang aqidah yang disusun oleh Syaikh Ahmad bin Abdurrazaq Ad-Duwaisy, dari situs www.dorar.net atau mauqi’u ad-durar as-saniyah).
Beri Komentar