FATWA LAJNAH DAIMAH LILBUHUTS AL-ILMIYAH WALIFTA’
JILID 1 TENTANG AQIDAH
Disusun oleh: ASY-SYAIKH AHMAD BIN ABDURRAZAQ AD-DUWAISY
السؤال الأول من الفتوى رقم (2251):
س 1: هناك فرقتان: فرقة تقول: إن الاستعانة بالأنبياء والأولياء كفر وشرك مستدلين بالقرآن والسنة, وفرقة تقول: إن الاستعانة بهم حق; لأنهم أحباء الله تعالى وعباده المصطفون الأخيار, فأي الفريقين على الحق؟
ج 1: الاستعانة بغير الله في شفاء مريض أو إنزال غيث أو إطالة عمر،وأمثال هذا مما هو من اختصاص الله تعالى نوع من الشرك الأكبر الذي يخرج من فعله من ملة الإسلام, وكذا الاستعانة بالأموات أو الغائبين عن نظر من استعان بهم من ملائكة أو جن أو إنس في جلب نفع أو دفع ضر نوع من الشرك الأكبر الذي لا يغفر الله إلا لمن تاب منه; لأن هذا النوع من الاستعانة قربة وعبادة, وهي لا تجوز إلا لله خالصة لوجهه الكريم, ومن أدلة ذلك ما علم الله عباده أن يقولوه في آية إياك نعبد وإياك نستعين أي: لا نعبد إلا إياك ولا نستعين إلا بك, وقوله تعالى: وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وقوله: وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء الآية, وقوله تعالى: وأن المساجد لله فلا تدعوا مع الله أحدا وما ثبت من قوله عليه الصلاة والسلام لعبد الله بن عباس رضي الله عنهما: إذا سألت فاسأل الله،وإذا استعنت فاستعن بالله وقوله صلى الله عليه وسلم في حديث معاذ: وحق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا وقوله صلى الله عليه وسلم: من مات وهو يدعو لله ندا دخل النار أما الاستعانة بغير الله فيما كان في حدود الأسباب العادية التي جعلها الله إلى الخلق وأقدرهم على فعلها; كالاستعانة بالطبيب في علاج مريض وبغيره, وإطعام جائع, وسقي عطشان, وإعطاء غني مالا لفقير, وأمثال ذلك فليس بشرك, بل هو من تعاون الخلق في المعاش وتحصيل وسائل الحياة, وهكذا لو استعان بالأحياء الغائبين بالطرق الحسية; كالكتابة, والإبراق, والمكالمة الهاتفية ونحو ذلك.
وأما حياة الأنبياء والشهداء وسائر الأولياء فحياة برزخية لا يعلم حقيقتها إلا الله وليست كالحياة التي كانت لهم في الدنيا, وبهذا يتبين أن الحق مع الفرقة الأولى التي قالت: إن الاستعانة بغير الله على ما تقدم شرك.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد, وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو | عضو | نائب رئيس اللجنة | الرئيس |
عبد الله بن قعود | عبد الله بن غديان | عبد الرزاق عفيفي | عبد العزيز بن عبد الله بن باز |
Hukum Meminta Bantuan Kepada Para Nabi dan Para Wali
Pertanyaan pertama dari fatwa nomor 2251:
Pertanyaan: ada dua kelompok, kelompok pertama mengatakan: sesungguhnya meminta bantuan kepada para Nabi dan para wali merupakaan kekufuran dan kesyirikan. Mereka berdalil dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun kelompok kedua mengatakan: sesungguhnya meminta bantuan kepada mereka dibenarkan; karena mereka adalah kekasih Allah dan hamba-hamba Allah yang terpilih dan terbaik. Kelompok manakah yang benar?
Jawab: meminta bantuan kepada selain Allah dalam menyembuhkan orang sakit, menurunkan hujan atau memanjangkan umur, dan semisalnya yang termasuk hak khusus Allah ta’ala merupakan syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Demikian juga meminta bantuan kepada orang-orang yang sudah meninggal atau hal-hal ghaib yang tidak nampak dari pandangan pemohon seperti malaikat, jin atau manusia dalam mendatangkan manfaat atau menolak mudharat termasuk syirik besar yang tidak diampuni Allah kecuali yang bertaubat darinya; karena hal ini termasuk meminta bantuan sebagai bentuk pendekatan dan peribadatan yang tidak boleh ditujukan kecuali hanya untuk Allah ikhlas mengharap wajah-Nya yang Mulia. Diantara dalilnya Allah memerintahkan para hamba-Nya agar mengatakan: hanya kepada-Mulah kami menyembah dan hanya kepada-Mulah kami mohon pertolongan, maksudnya kami tidak menyembah kecuali kepada-Mu dan kami tidak mohon pertolongan kecuali hanya kepada-Mu. Juga firman Allah ta’ala: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. Dan firman-Nya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. Dan firman-Nya: Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.
Demikian juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma: jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau mohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah. Dan sabdanya dalam hadits Mu’adz: hak Allah atas para hamba-Nya agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan sabdanya: barangsiapa meninggal dalam kondisi menyeru sesuatu yang ia jadikan tandingan bagi Allah maka ia masuk neraka.
Adapun meminta bantuan kepada selain Allah dalam batas-batas kewajaran yang Allah jadikan sebab pada makhluk-Nya dan Allah memberi mereka kemampuan untuk mengerjakannya seperti meminta bantuan kepada dokter atau semisalnya dalam mengobati orang yang sakit, memberi makan orang yang lapar, memberi minum orang yang haus, orang kaya memberi harta kepada orang faqir, dan hal-hal serupa maka bukan termasuk syirik, tetapi termasuk tolong menolong antara makhluk dalam kehidupan dan mendapatkan sarana kehidupan. Demikian juga jika meminta bantuan kepada orang-orang hidup yang ghaib (tetapi tidak hadir di tempat) dengan perantaraan sesuatu yang bisa diindera seperti dengan surat, telegram, berbicara lewat telepon dan semisalnya.
Adapun kehidupan para Nabi, syuhada’ dan seluruh wali merepakan kehidupan di alam barzakh yang tidak mengetahui hahikatnya kecuali hanya Allah subhanahu wata’ala. Kehidupan mereka tidak seperti kehidupan sewaktu masih di dunia. Oleh karena itu jelaslah bahwa kebenaran pada kelompok pertama yang mengatakan bahwa meminta bantuan kepada selain Allah seperti yang telah dijelaskan di depan merupakan kesyirikan.
Semoga Allah memberi taufiq dan semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Komite Tetap Riset Ilmiyah dan Fatwa
Ketua : Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Wakil ketua : Abdurrazaq ‘Afifi
Anggota : Abdullah bin Ghudayan
Anggota : Abdullah bin Qu’ud
(Sumber : Fatwa lajnah daimah lilbuhuts al-ilmiyah walifta’ tentang aqidah yang disusun oleh Syaikh Ahmad bin Abdurrazaq Ad-Duwaisy, dari situs www.dorar.net atau mauqi’u ad-durar as-saniyah).
Beri Komentar