Info Pondok
Sunday, 08 Dec 2024
  • Pondok pesantren ibnu abbas sragen yang beralamatkan di Beku Kliwonan Masaran Sragen Jawa Tengah

Ilmu Bagaikan Air Hujan yang Jatuh ke Bumi

Diterbitkan : - Kategori : Hadits / Ustadz Kholid Syamhudi

Keutamaan Ilmu dan Amal

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِه

Terjemah

Dari Abu Musa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.”

(HR. Bukhari dan Muslim).

Biografi sahabat perawi hadits

Abu Musa adalah sahabat yang Mulia Abu Musa Abdullah bin Qais bin Sulaim al-Asy’ari. Seorang sahabat yang masuk islam di kota Makkah dan ikut berhijrah bersama kaumnya ke Habasyah (ethiopia). Beliau bersama para sahabat yang berhijroh ke Habasyah datang ke kota Madinah ketika Rasulullah sedang berperang di Khaibar. Terkenal dengan kemerduan suara beliau ketika melantunkan ayat-ayat suci al-Quran hingga Nabi memujinya: Alangkah merdunya suaramu wahai Abu Musa! Sungguh aku telah mendengar semalam kamu melantunkan bacaan al-Quran. Sungguh telah diberikan kepadamu salah satu seruling (suara merdu) keluarga Daud.

Beliau wafat meninggalkan dunia yang fana’ ini pada tahun 42 H.

Takhrij

Hadits ini dikeluarkan imam al-Bukhori dan Muslim dalam shahihnya.

Kosa kata

الْغَيْثِ :Hujan ketika dibutuhkan

نَقِيَّةٌ : tanah subur yang dapat menyerap air dan menumbuhkan tanaman.

أَجَادِبُ : Tanah tandus yang masih bisa menyimpan dan menahan air.

قِيعَانٌ : tanah tandus yang tidak bisa menyimpan dan menahan air dan tidak bisa juga menumbuhkan tanaman.

Pengertian umum

Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah membagi manusia dalam menyikapi ajaran beliau dalam tiga jenis dengan menyerupakannya dengan tiga jenis tanah.

  1. Tanah yang subur yang dapat mengambil manfaat dari air hujan dan memberikan manfaat pada tanaman sehingga mereka tumbuh berkembang. Ini perumpamaan orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain.
  2. Tanah tandus yang tidak bisa memberi manfaat kepada tumbuhan agar tumbuh namun masih bisa menahan air. Sehingga manusia masih bisa memanfaatkannya untuk minum, menyiram dan bercocok tanam dengan menggunakannya. Ini perumpamaan orang yang menghafal ilmu dan mengajarkannya namun tidak mengamalkannya. Mereka dapat menghafal ilmu namun tidak bisa memahaminya untuk kemanfaatan dirinya.
  3. Tanah tandus yang tidak berguna; tidak bisa memanfaatkan air dan menumbuhkan tanaman. Ini perumpamaan orang yang berpaling dan tidak perduli dengan ilmu dan ajaran rasulullah. Mereka tidak memiliki hati yang menghafal ilmu dan tidak pula memiliki pemahaman yang membuat mereka bermanfaat. Apabila mendengar ilmu tidak mengambil manfaat darinya dan tidak pula menghafalnya untuk kemanfaatan orang lain.

Demikianlah gambaran manusia dalam menyikapi ajaran Rasulullah .

Faedah hadits.

Diantara faedah hadits ini adalah:

  1. Manusia itu beragam dalam menyikapi ajaran Rasulullah
  2. Kehebatan Rasulullah dalam mengungkapkan jenis manusia yang menerima petunjuk dan ilmu dengan mengungkapkannya seperti hujan yang menyirami tiga jenis tanah.
  3. Sebaik-baiknya manusia adalah yang berilmu, mengamalkan dan mengajarkannya
  4. Diperbolehkannya menggunakan permisalan dalam ilmu untuk menjelaskan satu perkara agar terfahami dengan benar dan mengakar dalam kalbu yang mendengarkannya.
  5. Kerugian dan ancaman orang yang tidak perduli dengan ilmu dan ajaran rasulullah

Demikian sekelumit penjelasan hadits Rasulullah ini, semoga bermanfaat.

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.